SURGA SEMERU

SURGA SEMERU
            Lumajang, 19 Juli 2017
Semeru, Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Jawa yang memiliki puncak dengan ketinggian 3.676 meter diatas permukaan laut (mdpl) dan sering disebut dengan “Mahameru”. Gunung Semeru merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia.  Tidak hanya itu sebelum puncak Mahameru terdapat Danau yang terkenal keindahannya, yah tepat sekali. “RANUKUMBOLO” mungkin banyak yang ingin melakukan pendakian karena tersihir oleh keindahan alam yang di sajikan oleh Danau Ranukumbolo ini, danau yang memiliki luas sekitar 15 ha ini menjadi tempat untuk mendirikan tenda serta tempat peristirahatan bagi para pendaki yang ingin melanjutkan perjalanan menuju puncak Mahameru.
Sumber : Dokumentasi pribadi (2017)
Untuk saat ini status Gunung Semeru dalam posisi “Waspada” sehingga pendakian terakhir hanya diperbolehkan sampai Kalimati. Pada saat itu pendakian yang saya lakukan hanya sampai pada Ranukumnolo jadi saya tidak bisa menceritakan banyak tentang Kalimati maupun Puncak Mahameru. Untuk jalur pendakian sendiri bisa dibilang landai tapi cukup panjang, sepanjang perjalanan para pendaki harus melewati 4 pos untuk mencapai Ranukumbolo. Disetiap pos terdapat sebuah kedai kecil yang menjual makanan dan minuman serta buah paling khas adalah buah semangka. Biasanya banyak pendaki yang mampir sebentar untuk melepas penat dan memakan bekal mereka masing-masing. Tidak jarang juga sebagian dari mereka memilih melanjutkan perjalanan.
Sumber : Dokumentasi pribadi (2017)
Untuk mencapai Ranukumbolo diperlukan waktu sekitar 4-5 jam perjalanan dengan medan yang bermacam-macam, mulai dari jalan setapak yang penuh dengan semak belukar,jalan setapak di bibir jurang hingga padang savana yang terbentang luas yang menunjukkan bahwa Ranukumbolo semakin dekat.
Sumber : Dokumentasi pribadi (2017)
Trecking kala itu dimulai pukul 12.00 WIB dimulai dari desa terakhir yang berbatasan langsung dengan jalur pendakian Gunung Semer yaitu Desa Ranipani. Sebelum kita melakukan Trecking kita harus melakukan registrasi terlebih dahulu, syarat utama sebagai kelengkapan registrasi adalah Surat Keterangan Sehat Asli dari Puskesmas atau Dokter Praktek Umum dan Fotocopy Kartu Identitas, tidak hanya itu pengunjung juga dikenakan biaya sebagai tiket masuk.
Setelah kita melakukan registrasi kita diwajibkan untuk mengikuti briefing agar tidak melanggar aturan yang ada dan tahu jalur. Saat briefing satu hal yang paling saya ingat adalah ketika guide mengakatan “Tujuan utama bukanlah puncak, melainkan kembali ke rumah dengan selamat” Untuk pertama kalinya saya melakukan pendakian, hal ini sangat  mempengaruhi mindset saya sebagai pemula. Karena biasanya tujuan utama adalah puncak dan segala keindahannya, tidak hanya itu ada banyak sekali hal yang di sampaikan oleh guide mulai dari menaati peraturan, kekompakan serta kejujuran.
Pada saat briefing kita juga diharuskan mengisi lembar perlengkapan dimana lembar tersebut memuat barang apa saja dan berapa jumlahnya yang kita bawa pada saat itu. Barang yang sangat penting dibawa adalah Sleeping Bag serta penghangat tubuh (terutama bagi yang tidak tahan dingin). Karena Suhu di Ranukumbolo bisa mencapai -70 pada musim kemarau, oleh sebab itu untuk berjaga-jaga bawa penghangat tubuh yang cukup.
Sumber : Dokumentasi pribadi (2017)
Perjalanan yang diselimuti kabut yang lumayan tebal itu cukup menguras tenaga, jadi bagi teman-teman sekalian yang sekiranya ingin melakukan pendakian sebaiknya beberapa hari sebelum keberangkatan melakukan olahraga terutama yang tidak pernah berolahraga. Pukul 16.20 Rombongan saya sampai di Ranukumbolo, dimana rasa lelah terbayar lunas dengan udara yang sangat menyejukkan dan pemandangan yang sangat mengagumkan.  Tidak lama kami langsung mendirikan tenda sembari sedikit bersantai, setelah itu kita membersihkan diri dan persiapan karena hari sudah menjelang malam. Beberapa anggota rombongan menyiapkan makanan dan sisanya masih tercengang melihat keindahan Ranukumbolo (tak terkecuali saya).
Hari mulai malam dan dingin semakin menyerang tubuh para pendaki, malam itu menu makanan yang kami santap adalah soup, yaa cukup menghangatkan. Banyak pendaki yang menghabiskan malamnya di luar tenda, untuk sekedar menikmati indahnya taburan berjuta bintang atau bercengkrama dengan teman pendaki lain yang baru dikenalnya. Malam itu langit yang saya lihat benar-benar langit yang sangat indah, dimana Danau Ranukumbolo seluas 15ha yang disinari dengan berjuta bintang dan bulan.
Setelah hampir tengah malam, kami masuk ke tenda msing-masing untuk beristirahat. Dan lagi, keesokan paginya kami di suguhi keindahan mentari pagi yang menjadi suntikan semangat bagi para pendaki kala itu.
Sumber : Dokumentasi pribadi (2017)
Setelah kami sudah cukup puas menikmati Ranukumbolo pagi, kami bergegas untuk sarapan kemudian berkemas untuk turun. Yaa... sangat disayangkan memang jika hanya menginap semalam tapi tidak apa, ini sudah merupakan mengalaman yang mengagumkan bagi saya pribadi. Sekitar pukul 10.00 WIB kami siap turun kembali ke Ranupani. Tidak lupa kami juga membawa semua sampah-sampah kita turu kebawah, sebagai warna Manusia yang bertanggung jawab kita juga harus menghormati alam karena mereka sudah melakukan yang terbaik untuk kita J Thank’s and See you on the next trip my team


Komentar

Postingan Populer